Rabu, 19 Agustus 2009

KELUARGA RASULULLAH.

JALAN CINTA ALHASAN WAL HUSAIN (JAWABAN UNTUK PERTANYAAN AKHI AHMAD YUSUF 0CTAMIDAKESRI)
Untuk anggota Kenapa Takut Bid'aH



Putra putri Rasulullah ada 7, 6 dari istri beliau yg pertama Sayidah Khadijah, dan 1 dari sahaya beliau, Mariah al Qibtiyah. Putra pertama Rasulullah adalah Sayyid Qasim,yg mana kemudian Rasulullah di kunyahi Abul Qasim, Sayid Qasim wafat pada usia 2 thn di makkah, kemudian yang ke 2 adalah Zainab, yang diperistri kemenakan Sayidah Khadijah, Abul Ash, mempunyai 2 Anak Ali (wafat balita) dan Umamah, putri ke 3 adalah Ruqayyah diperistri Sahabat Utsman bin Affan (wafat pada waktu perang badar tahun 2 H), putri ke 4 adalah Fatimah (wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah), putri ke 5 adalah Umi kaltsum (wafat tahun 9 H) juga diperisti Sahabat Utsman setelah wafatnya Sayidah Ruqayyah dan ke 6 adalah Sayid Abdullah, wafat usia balita. Adapun 1 dari yang dari sahaya beliau adalah Sayyid Ibrahim (lahir tahun 8 H dan wafat tahun 10 H, umurnya 16 bulan). Dari putra-putri beliau Yang menurunkan keturunan Hanyalah Sayidah Zainab dan Sayyidah Fatimah, Cucu Rasulullah yang bernama Umamah binti Zainab akhirnya pun di nikah oleh Sayyidina Ali selepas wafatnya Sayyidah Fatimah, tapi keturunanya tidak ada yang mencatat. Kesimpulanya, yang melestarikan nasab dan dzuriyyah Rasulullah hanyalah Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah yang melalui putra keduanya Sayid Hasan dan Sayid Husain. Lantas terjadi pengingkaran oleh sebagian kalangan bahwa keturunan dari Anak perempuan Itu tidak di anggap sebagai keturunan, karena budaya orang Arab adalah menisbatkan seseorang pada "rumpun" ayahnya, sehingga kalau ada yang berkata "saya dari keluarga Al- Fulani" maka artinya dia adalah keturunan si Fulan dengan garis laki-laki. pengingkaran ini sama sekali tidak dapat dibenarkan, karena sangat bertentangan dalil-dalil Islam, baik dalil nash (teks) maupun dalil rasio sebagai berikut.
1 . Dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 84, Allah menyebut beberapa Nabi keturunan Nabi Ibrahim, dan Nabi Isa disebut sebagai salah satu dari mereka, maka ayat ini jelas menyimpulkan bahwa keturunan seorang perempuan juga termasuk "keturunan" atau cucu dari orang tua si perempuan. Karena Nabi Isa adalah keturunan seorang perempuan, dan Nabi Isa juga disebut sebagai Dzuriyah Nabi Ibrahim.
2. Dalam Hadits Shahih riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Humaid As-Sa'idi Rasulullah menyebut Ahlul-bayt dengan "dzurriyyah". Menurut bahasa Arab yang sebenarnya, dzurriyyah artinya "semua keturunan", baik yang bergaris laki-laki maupun perempuan. Untuk mengubah makna sebuah kalimat Rasulullah SAW dari arti sebenarnya harus ada dalil yang shahih, demikian pula untuk mengubah dari "yang umum" menjadi "kusus". Nah, selama tidak ada dalil shahih yang menyatakan bahwa dzurriyyah yang dimaksud oleh Rasulullah dalam riwayat itu adalah khusus garis laki-laki, maka berarti semua keturunan beliau, baik dari garis laki-laki maupun perempuan, adalah Ahlul-bayt. Dan barang siapa yang membeda-bedakan antara yang bergaris laki-laki dan garis perempuan maka berarti ia telah "berkhianat" pada Rasulullah.
4. Pada waktu Putra terakhir Rasulullah dari Sayidah Khadijah yaitu Sayyid Abdullah wafat, berkatalah dedengkot Musyrikin makkah yaitu Al 'Ash bin Wa'il Assahmi : " Qod inqotho'a waladuhu fahuwa Abtar " telah terputus garis keturunanya dan dia (Muhammad) adalah orang yang Terputus (nasabnya). Hal itu langsung dibantah Oleh Allah dengan turunya Surat Al kautsar ayat 3, " Inna Syani'aka huwal abtar " sesungguhnya orang yang membencimu lah yang terputus. Ini membuktikan keturunan Rasulullah tidak terputus, dan membuktikan kedudukan Nasab dari garis laki-laki dan perempuan adalah sama, dan Rasulullah datang menentang budaya Arab yang hanya memperhitungkan keturunan laki-laki.
Dari Imam Hasan dan Imam Husain ibnani Fatimah binti Rasulullah inilah dzuriyah Rasulullah berkembang, sejarah mencatat pada permulaan dinasti Umayyah, kalangan Ahlul Bayt keturunan Imam Hasan dan Imam Husain di buru dan dibunuh oleh Khalifah yang berkuasa pada saat itu yaitu Yazid bin Muawiyah, hikmahnya, mereka berpencar ke seantero pelosok negeri, dari kalangan dzuriyah Imam Hasan sebagian mengasingkan diri ke Mesir, Maghribi, Syams dsb, dari kalangan Dzuriyah Imam Husain yang hanya meninggalkan satu putra ketika beliau syahid di karbala yaitu Assajad Ali Zainal Abidin, keturunanya tersebar di Bashrah, Kufah, Yordania, hingga akhirnya generasi berikutnya yang di pimpin Imam Ahmad bin Isa Arrumi bin Muhammad Annagib bin Ali Al Uraidli bin Ja'far Asshodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah Azzahra, Sayid Ahmad Almuhajir bin Isa Seorang yang SUNNI DAN BERMADZHAB SYAFI'I beliau Hijrah dari Bashrah Irak ke Hadhramaut Yaman karena adanya Fitnah Qaramithah sekte pecahan Syi'ah yang terkenal Kejam dan sadis. Dari Hadhramaut ini kemudian banyak yang menjadi pedagang antar negara, diantaranya Sayid Abdul Malik bin Alawi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Kholi' Qasam bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir bin Isa Arrumi bin Muhammad Annagib bin Ali Al Uraidli bin Ja'far Asshodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Imam Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Azzahra', hijrah dari Hadhramaut ke Gujarat India, di India Beliau menikah dengan Putri Raja dan berjuluk Azmatkhan, kemudian dari keturunan beliau ada yang berdagang ke Indonesia dan menjadi Pendakwah tangguh di Nusantara yang di kenal dengan walisongo. sumber:Jala'ul Afham Syarah Aqidatul Awam, Jalan Nan Lurus Sekilas Pandang Tarekat Bani Alawi, Artikel Buya Hamka mengenai Kiprah dakwah Alawiyin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar